0

MENCAMPUR- ADUKKAN KEBENARAN DAN KEBATILAN ( Tentang Penyatuan Agama-agama )

Posted on Minggu, 10 Maret 2013


وَلاَ تَلْبِسُواْ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُواْ الْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
“ Janganlah kamu campur-adukkan antara kebenaran dan kebatilan, dan kamu sembunyikan yang benar padahal kamu mengetahuinya. “
( Qs Al -Baqarah : 42 )
Beberapa pelajaran dari ayat di atas :
Pelajaran Pertama :
وَلاَ تَلْبِسُواْ الْحَقَّ بِالْبَاطِل
“ Janganlah kamu campur-adukkan antara kebenaran dan kebatilan,
Imam Qatadah dan Mujahid mengartikan ayat ini : “ Janganlah kamu campur adukkan antara agama Yahudi dan Nasrani dengan Islam.
Penafsiran Imam Qatadah dan Mujahid di atas ternyata terbukti pada saat ini. Sebagian kalangan yang mengaku Islam, telah benar-benar ingin mencampur adukkan antara Agama Yahudi dan Nasrani dengan Agama Islam. Bahkan lebih dari itu, ingin mencampuradukkan antara agama Islam dengan berbagai aliran kepercayaan. Diantara usaha-usaha untuk mempercampur adukkan antara Islam dengan tiga agama dan berbagai aliran kepercayaan adalah sebagai berikut :
1. Konsep “ NASAKOM “ ( Nasionalis, Agama dan Komunis ) yang dicetuskan oleh Bung Karno, bertujuan untuk menyatukan berbagai haluan politik di Indonesia, salah satunya dengan cara mencampuradukkan Islam dengan paham komunis.
2. Pernyataan sebagian orang yang menyamakan antara Pancasila dengan Islam, dengan merujuk pada sila pertama yang berbunyi : “ Ketuhanan Yang Maha Esa . “ Sila pertama ini, menurut mereka sesui dengan ajaran tauhid dalam Islam yang menyatakan bahwa Allah Maha Esa. Padahal sebagaimana kita ketahui bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila mencakup agama Kristen, Hindu dan Budha, yang mempunyai Tuhan lebih dari satu. Artinya dengan sila ini Pancasila ingin menyatukan antara Islam dengan berbagai agama lainnya. Ingin mencampuradukkan antara kebenaran Islam yang berisikan tauhid dengan kebatilan agama lain yang berisikan kesyirikan.
3.Pernyataan salah satu tokoh agama Indonesia yang ingin membangun masjid , gereja, vihara, pura dalam satu bangunan. Dia mengatakan dalam salah satu forum yang dihadiri oleh para mahasiswa Al Azhar : ” Kalau saya menjadi mentri agama, akan saya bangun masjid, gereja dan vihara dalam satu bangunan, tingkat pertama untuk masjid, karena paling sering dikunjungi, kemudian tingkat kedua untuk gereja, karena dipakai setiap minggu dan tingkat ketiga vihara karena paling jarang dikunjungi.  Mudah-mudahan Allah menggagalkan rencana busuk ini.
4. Wacana pluralisme agama yang memandang bahwa semua agama adalah sama, perbedaan agama satu dengan yang lain hanyalah pada tataran lahir saja, sementara esensi semua agama hanya satu, sama yakni penghambaan kepada Tuhan.
Paham pluralisme ini mempunyai dua model :
Model pertama : yang bernuansa spiritualisme sufistik yang kemudian dalam dunia tasawuf dikenal dengan konsep wahdat al-adyan ( kesatuan agama-agama ). Karena Tuhan itu satu maka esensi agama adalah satu. Manusia yang telah mencapai maqam haqiqat, maka ia akan melampaui segala agama. Ia tidak perlu terikat aturan-aturan syariat. Di kalangan pemikiran Barat Orientalis paham ini diusung oleh W.C. Smith, yang muaranya akan membawa pemeluk agama untuk tidak terlalu terikat pada pendekatan legal-formal dari suatu agama.
Model kedua : yang lebih diwarnai oleh perubahan sosial sebagai akibat dari globalisasi dan globalisme, muncullah konsep world theology atau global theology. Konsep yang diusung oleh John Hick ini memandang dengan adanya arus globalisasi dan paham globalisme tidak ada lagi sekat-sekat budaya, ideology, termasuk agama. Semuanya harus berkumpul dalam rumah pluralisme. Budaya, ideologi dan agama tidak boleh mengikat manusia secara eksklusif. Demi kebersamaan dan keterbukaan diperlukan kebersediaan untuk melepaskan ikatan primordial budaya, ideologi, termasuk di dalam agama.

5.Menyebarnya paham ” Wihdat Al Wujud :” atau ” Al Ittihad wa al Hulul ” yang dibawa oleh seorang sufi zindiq yaitu Al Halaj ( Yusuf bin Mansur Al Farisi ) yang dibunuh karena murtad pada tahun 309 H, dan diikuti oleh Ibnu Arabi ( Muhammad bin Ali Al Thoi’ , w = 638 H ) dalam buku ” Al Fushus “ , Ibnu Sab’in ( w = 669 H ), Al Tilmasani ( w= 690 H) , Ibnu Hud ( w = 699 H)
6. Munculnya gerakan ” Freemansony , sebuah gerakan Yahudi yang bertujuan untuk menguasai dunia, dan menyebarkan atheis dan kerusakan dimuka bumi. Salah satu program dari gerakan ini adalah menyatukan agama-agama besar, terutama Islam, Kristen dan Yahudi. Ironisnya sebagian tokoh Islam terjerat dalam organisasi seperti ini, diantaranya adalah Jamaluddin Al Afgani beserta muridnya Muhammad Abduh .
Salah satu bentuk keikutsertaan Muhammad Abduh, adalah ketika ia dan Mirza Al Baqir Al Irani, yang telah pindah agama dari Islam ke Kristen, kemudian balik lagi ke Islam, beserta utusan dari Jamaluddin Al Afghani serta sebagian cendikiawan telah membentuk ” Jam’iyat Al Ta’lif wa Al Taqrib ” yang berpusat di Beirut dengan tujuan menyatukan antara agama Islam, Kristen dan Yahudi. Jami’yah ini beranggotakan orang-orang Iran, Inggris, Yahudi dan lain-lainnya. Salah satu bukti keterlibatan Muhammad Abduh dalam gerakan Freemansori adanya dokumentasi surat menyurat kerjasama antara Muhammad Abduh dengan beberapa Pendeta.
7. Munculnya agama baru yang disebut agama ” Ibrahimiyah ” yang dinisbatkan secara dusta kepada Nabi Ibrahim as. Agama ” Ibrahimiyah ” ini menurut penganutnya adalah agama yang mencakup ajaran Yahudi, Kristen dan Islam. Pada tanggal 12-15 Pebruari 1987 M, diadakan ” Konferensi Agama Ibrahimiyah ” di Qordova, yang dihadiri oleh tokoh-tokoh dari kalangan Yahudi, Kristen dan sebagian tokoh Islam khususnya para anggota aliran Qadhian dan Ismailiyah. Agama Ibrahimiyah ini diusung oleh sejumlah tokoh Islam diantaranya adalah Roger Garudy, seorang Filosof Besar dari Perancis. Salah satu bentuk dukungannya terhadap agama Ibrahimiyah ini, dia mendirikan ” Pusat Kebudayaan Islam , di Qordava, yang didasarkan pada penyatuan tiga agama, Yahudi, Kristen dan Islam . Maka, pada hari pembukaan Pusat Kebudayaan Islam ini dihadiri oleh tokoh-tokoh dari ketiga agama tersebut. Diantara pengusung agama ” Ibrahimiyah ” dari Indonesia adalah adalah Nur Kholis Majid.
Untuk mendukung penyebaran agama Ibrahimiyah ini, diadakanlah seminar-seminar, baik di negara-negara Barat, seperti yang diadakan di New York, dan Portugal, maupun yang diadakan di negara-negara Islam, seperti Muktamar Syarem Syekh di Mesir, pada bulan Syawal 1416 H, yang dihadiri oleh tokoh-tokoh Yahudi, Kristen dan Islam, serta Komunis. Begitu juga diadakan ” Konferensi Islam dan Dialaoq Peradaban lintas Agama ” yang diadakan di Kairo, pada bulan Rabiul Awal 1417 H.
8. Usaha untuk mencetak Al Qur’an, Injil dan Taurat dalam satu jilid.
9. Terbitnya buku “ Fiqh Lintas Agama “ yang dikarang oleh beberapa tokoh liberal Indonesia, yang intinya ingin menggabungkan fiqh antara tiga agama : Yahudi, Kristen dan Islam. Alhamdulillah buku ini telah dibantah oleh para penulis muslim di Indonesia.

Pelajaran Kedua :
Salah satu bentuk pencampur adukan antara kebenaran dan kebatilan adalah munculnya istilah Kesetaraan Gender yang bertujuan menyetarakan antara laki -laki dengan perempuan dalam segala hal dengan dalih bahwa Islam menghormati dan mengangkat derajat wanita. Diantara isu- isu yang dimunculkan dengan istilah kesetaraan gender adalah :
- Penyamaan hak waris laki-laki dan perempuan.
- Penentangan dengan konsep poligami dalam Islam
- Penentangan terhadap konsep kepemimpinan laki-laki dalam rumah tangga.
- Membolehkan wanita sebagai pemimpin negara
- Membolehkan wanita menjadi imam bagi laki-laki dalam sholat.

Dikatakan mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan, karena Islam mengangkat derajat wanita itu adalah kebenaran, sedang isu-isu yang diusungnya bertentangan dengan ajaran Islam.
Pelajaran Ketiga :
Pada ayat sebelumnya, Allah melarang Bani Israel untuk berbuat sesat, dan pada ayat ini Allah melarang mereka untuk menyesatkan orang lain.
Berbuat sesat yaitu dengan menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang rendah. Sedang perbuatan yang menyesatkan adalah dengan mencampuradukkan antara yang haq dengan yang batil.
Di sini Allah menjelaskan bahwa : dasar pijakan dari segala bentuk penyesatan adalah dengan memutarbalikkan kebenaran serta mencampuradukkan antara kebenaran dengan kebatilan.
Diantara bentuk-bentuk mncampuradukkan kebenaran dengan kebatilan yang disebutkan oleh Ibnu Asyur adalah :
- Orang-orang yang murtad dan tidak mau memberikan zakat kepada khalifah Abu Bakar Siddiq setelah wafatnya Rosulullah saw, mereka mengatakan bahwa zakat ini untuk Rosulullah saw saja, setelah beliau wafat, maka tidak ada hak bagi khalifah sesudahnya untuk mengambil zakat.
- Kelompok syi’ah yang benci dengan Ustman ra mereka mengatakan bahwa cincin Rosulullah saw yang jatuh dari tangan Ustman menandakan habis masa jabatannya sebagai khalifah.
- Orang-orang Khowarij yang selalu mengusung kalimat ” La hukma Illa Lillah ” ( Tiada Hukum kecuali milik Allah ) untuk melawan khalifah Ali ra. Maka Ali ra berkata bahwa syiar yang diusung oleh Khowarij tersebut salah satu bentuk ” kalimat hak untuk tujuan batil ” .
- Orang-orang sufi yang menyatakan bahwa dalam Al Qur’an terdapat makna dhohir dan batin.

Pelajaran Keempat :
Di sana ada penafsiran lain tentang ayat ini, diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa maksudnya adalah : ” Janganlah kamu mencampur adukkan apa yang kamu miliki ( akalmu ) dengan kebenaran yang ada dalam Al Qur’an, yaitu dengan cara merubah dan menyelewengkan isinya .
Ini sesuai dengan apa yang dilakukan oleh orang Yahudi dan Nasrani yang merubah serta menyelewengkan isi Taurat dan Injil demi mencari kesenangan dunia yang sedikit sebagaimana yang telah diterangkan pada ayat sebelumnya. Hal ini juga telah disinggung oleh Al Alusy dalam tafsirnya ketika menerangkan ayat di atas bahwa Allah melarang Bani Israel untuk mencampuradukkan kebenaran yang terdapat dalam Taurat dan Injil dengan kebatilan yang mereka buat sehingga mereka merubah-rubah isi Taurat dan Injil menurut hawa nafsu mereka.
Berkata Abu Al -Aliyah : Maksud dari ( mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan ) adalah perkataan Yahudi : “ Muhammad memang utusan Allah , akan tetapi bukan untuk kita . “

Pelajaran Kelima :

وَتَكْتُمُواْ الْحَقَّ
” dan kamu sembunyikan yang benar ”
Yang dimaksud menyembunyikan kebenaran di sini adalah : orang-orang Yahudi yang menyembunyikan kebenaran nabi Muhammad saw.

Pelajaran Keenam :
Dari ayat di atas, bisa disimpulkan bahwa di dalam dunia ini hanya ada dua ; Kebenaran dan Kebatilan, dan tidak ada yang lain. Jika ada yang mengatakan bahwa di sana ada istilah mubah yang terletak antara wajib dan haram ? Maka jawabannya adalah bahwa mubah harus dilihat dari dampaknya, apakah akan menguatkan kebenaran ( wajib ) atau kebatilan ( haram) , jika menguatkan kebenaran maka kita termasuk darinya dan begitu pula sebaliknya.


Pelajaran Ketujuh :

َ وَأَنتُمْ تَعْلَمُون
“padahal kamu mengetahuinya. “
Ayat di atas mempunyai dua arti :
Pertama : Padahal kamu mengetahui kebenaran yang kamu sembunyikan
Kedua : Padahal kamu mengetahui bahwa perbuatan mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan itu akan menjerumuskan orang-orang kepada kesesatan. (
Wallahu A’lam

0

Penemuan Tembok Ya`juj dan Ma`juj


copas dari suatu blog....
Tulisan saya kali ini sengaja mengajak Anda sekalian untuk kembali mengulik sejarah masa lalu. Dan yang menjadi bahasan kali ini adalah mengenai kaum barbar yang diberi nama Ya’juj dan Ma’juj. Kaum ini adalah kaum yang kasar dan biadab. Jika mereka melewati sebuah perkampungan, mereka pun membabat semua yang menghalangi dan merusak atau bila perlu membunuh penduduk. Karenanya, ketika Dzulkarnain datang, penduduk minta dibuatkan benteng agar mereka (Ya`juj dan Ma`juj) tidak dapat menembus dan mengusik ketenangan penduduk.
Untuk lebih jelasnya berikut ini diberikan uraian lengkapnya:

1. Asal usul
Kata Ya’juj dan Ma’juj berasal dari kata ajja atau ajij dalam wazan Yaf’ul; kata ajij artinya nyala api. Tetapi kata ajja berarti pula asra’a, maknanya berjalan cepat. Itulah makna yang tertera dalam kamus Lisanul ’Arab. Ya’juj dan Ma’juj dapat pula diibaratkan sebagai api menyala dan air bergelombang, karena hebatnya gerakan.
Ya’juj  dan Ma’juj diuraikan dua kali dalam Al-Qur`an. Yang pertama diuraikan dalam surat Al-Kahfi, sehubungan dengan uraian tentang gambaran Dajjal. Menjelang berakhirya surat Al-Kahfi, diuraikan tentang perjalanan Raja Dzulkarnain ke berbagai jurusan untuk memperkuat tapal-batas kerajaannya.
Di antara tanda kiamat Kubra adalah keluarnya Ya’juj dan Ma’juj dari kurungannya. Keluarnya mereka sebagai tanda kiamat Kubra akan terjadi dan wajib kita imani karena dalil-dalil telah jelas menetapkannya. Adapun tanda kiamat Kubra, di antaranya disebutkan dalam hadits Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari RA:
Rasulullah melihat kami ketika kami tengah berbincang-bincang. Beliau berkata: “Apa yang kalian perbincangkan?” Kami menjawab: “Kami sedang berbincang-bincang tentang hari kiamat.” Beliau berkata:“Tidak akan terjadi hari kiamat hingga kalian lihat sebelumnya sepuluh tanda.” Beliau menyebutkan:“Dukhan (asap), Dajjal, Daabbah, terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa as, Ya’juj dan Ma’juj, dan tiga khusuf (dibenamkan ke dalam bumi) di timur, di barat, dan di jazirah Arab, yang terakhir adalah api yang keluar dari Yaman mengusir (menggiring) mereka ke tempat berkumpulnya mereka.” (HR. Muslim no. 2901)
Selain itu, Ya`juj dan Ma`juj dalam hadits dari Zainab Binti Jahsh (isteri Nabi SAW), di jelaskan; “Nabi SAW bangun dari tidurnya dengan wajah memerah, kemudian bersabda; “Tiada Tuhan selain Allah, celakalah bagi Arab dari kejahatan yang telah dekat pada hari kiamat, (yaitu) telah dibukanya penutup Ya`juj dan Ma`juj seperti ini!” beliau melingkarkan jari tangannya. (Dalam riwayat lain tangannya membentuk isyarat 70 atau 90), Aku bertanya; “Ya Rasulullah SAW, apakah kita akan dihancurkan walaupun ada orang-orang shalih ?” Beliau menjawab; “Ya, Jika banyak kejelekan.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dan Muslim)

Sedangkan Allah SWT berfirman tentang Ya`juj dan Ma`juj ini:
“Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya`juj dan Ma`juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (Hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata); “Aduhai celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zalim” (QS. Al-Anbiyaa` [21] : 96)
Mengenai garis asal usul tentang siapa sebenarnya kaum ini para ulama telah berbeda pendapat, namun mereka sepakat bahwa Ya`juj dan Ma`juj termasuk spesies manusia. Ada yang menyebutkan dari sulbi Adam AS dan Hawa atau dari Adam AS saja. Ada pula yang menyebut dari sulbi Nabi Nuh AS dari keturunan Syis/At-Turk menurut hadits Ibnu Katsir. Sebagaimana dijelaskan dalam tarikh, Nabi Nuh AS mempunyai tiga anak, Sam, Ham, Syis/At-Turk. Ada lagi yang menyebut keturunan dari Yafuts Bin Nuh. Menurut Al-Maraghi, Ya`juj dan Ma`juj berasal dari satu ayah yaitu Turk, Ya`juj adalah At-Tatar (Tartar) dan Ma`juj adalah Al-Maghul (Mongol), namun keterangan ini tidak kuat.

2. Ciri-ciri kaum Ya`juj dan Ma`juj
Walaupun mereka dari jenis manusia keturunan Nabi Adam, namun mereka memiliki sifat khas yang berbeda dari manusia biasa. Ciri utama mereka adalah perusak dan jumlah mereka yang sangat besar sehingga ketika mereka turun dari gunung seakan-akan air bah yang mengalir, tidak pandai berbicara dan tidak fasih, bermata kecil (sipit), berhidung kecil, lebar mukanya, merah warna kulitnya seakan-akan wajahnya seperti perisai dan sifat-sifat lain.

Mengenai ciri-ciri mereka terdapat sebuah hadits di Musnad Imam Ahmad (5/271), Al-Haetsami di Majmauz Zawaid (8/9) berkata tentangnya: “Rawi-rawinya adalah rawi-rawi Ash-Shahih.” Hadits tersebut menjelaskan bahwa mereka berwajah lebar seperti tameng yang menonjol dengan rambut merah kecoklatan, mata sipit, datang dengan cepat dari tempat yang tinggi.


Selain itu Rasulullah SAW berkhutbah dalam keadaan jarinya terbalut karena tersengat kalajengking. Beliau bersabda:
“Kalian mengatakan tidak ada musuh. Padahal sesungguhnya kalian akan terus memerangi musuh sampai datangnya Ya’juj dan Ma’juj, lebar mukanya, kecil (sipit) matanya, dan ada warna putih di rambut atas. Mereka mengalir dari tempat-tempat yang tinggi, seakan-akan wajah-wajah mereka seperti perisai” (HR. Ahmad)

3. Sifat dan kelakuan kaum Ya`juj dan Ma`juj
Dalam surat Al-Kahfi, Allah menjelaskan bahwa Ya’juj Ma’juj dikurung oleh Dzulkarnain dengan baja karena mereka berlaku biadab dan berbuat kerusakan di muka bumi, sehingga mereka tidak bisa keluar darinya sampai tiba saatnya janji Allah.

Firman Allah SWT:
“Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata: ‘Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj wa-Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka.’ Dzulqarnain berkata: ‘Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka. Berilah Aku potongan-potongan besi.’ Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain: ‘Tiuplah (api itu)’, hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: ‘Berilah Aku tembaga (yang mendidih) agar aku tuangkan ke atas besi panas itu.’ Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya. Dzulqarnain berkata: ‘Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar.” (QS. Al-Kahfi: 93-98).
Mereka tidak akan keluar darinya sebelum janji Allah tiba, dan itu terjadi di akhir zaman sebagai tanda Kiamat yang sudah diambang pintu. Mereka keluar setelah Isa turun dan membunuh Dajjal. Keluarnya mereka dari kurungan memiliki cerita tersendiri yang disebutkan oleh Imam At-Tirmidzi dalam hadits no. 3153 dan Ibnu Majah no. 4131 dari Abu Hurairah, dan dishahihkan oleh Al-Albani di Silsilah Shahihah no. 1735. Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj membongkarnya setiap hari, sampai ketika mereka hampir melihat cahaya matahari. Pemimpin mereka berkata: ‘Kita pulang, kita teruskan besok’. Lalu Allah mengembalikannya lebih kuat dari sebelumnya. Ketika masa mereka telah tiba dan Allah ingin mengeluarkan mereka kepada manusia, mereka menggali, ketika mereka hampir melihat cahaya matahari, pemimpin mereka berkata: ‘Kita pulang, kita teruskan besok insya Allah Ta’ala’. Mereka mengucapkan insya Allah. Mereka kembali ke tempat mereka menggali, mereka mendapatkan galian seperti kemarin. Akhirnya mereka berhasil menggali dan keluar kepada manusia. Mereka meminum air sampai kering dan orang-orang berlindung di benteng mereka. Lalu mereka melemparkan panah-panah mereka ke langit dan ia kembali dengan berlumuran darah. Mereka berkata: ‘Kita telah mengalahkan penduduk bumi dan mengungguli penghuni langit.”
Pembicaraan tentang Ya’juj wa-Ma’juj ini ditutup dengan sebuah hadits An-Nawas bin Sam’an di Shahih Muslim (Mukhtashar Shahih Muslim no. 2048). Dari hadits ini kita mengetahui banyak hal tentangnya.
Rasulullah bersabda: Ketika Isa dalam kondisi demikian, Allah mewahyukan kepada Isa bin Maryam: ‘Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hamba-Ku, tak seorang pun mampu memerangi mereka, maka bawalah hamba-hamba-Ku berlindung di Ath-Thur’. Lalu Allah mengeluarkan Ya’juj wa-Ma’ juj, dan mereka mengalir dari segala penjuru. Rombongan pertama melewati danau Thabariyah dan meminum airnya. Rombongan terakhir menyusul sementara air danau telah mengering, mereka berkata: ‘Sepertinya dulu di sini pernah ada air’. Nabi Isa AS dan teman-temannya dikepung sehingga kepala sapi bagi mereka lebih berharga daripada 100 dinar, lalu Nabi Isa AS dan kawan-kawan berdoa kepada Allah. Lalu Allah mengirim ulat di leher mereka, maka mereka mati bergelimpangan seperti matinya jiwa yang satu. Kemudian Allah menurunkan Nabi Isa dan kawan-kawannya ke bumi, maka tidak ada sejengkal tempat pun di bumi kecuali dipenuhi oleh bau busuk mereka. Lalu Nabiyullah Isa as dan teman-temannya berdoa kepada Allah, kemudian Allah menurunkan hujan deras yang mengguyur seluruh rumah, baik yang terbuat dari tanah atau kulit binatang. Hujan itu membasuh bumi sehingga ia seperti cermin yang berkilauan.”

4. Kisah mereka dan Raja Dzulkarnain
Ya-juj dan Ma-juj adalah kaum yang banyak keturunannya. Menurut mitos, mereka tidak mati sebelum melihat seribu anak lelakinya membawa senjata. Mereka taat pada peraturan masyarakat, adab dan pemimpinnya. Ada yang menyebut mereka berperawakan sangat tinggi sampai beberapa meter dan ada yang sangat pendek sampai beberapa centimeter. Konon, telinga mereka panjang, tapi ini tidak berdasar. Pada Al-Qur`an surat Al-Kahfi [18] ayat 94, Ya-juj dan Ma-juj adalah kaum yang kasar dan biadab, sebagaimana bunyi kalimat berikut: “Mereka berkata: “Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj[892] itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?”
Jika mereka melewati perkampungan, membabad semua yang menghalangi dan merusak atau bila perlu membunuh penduduk. Karenya, ketika Dzulkarnain datang, mereka minta dibuatkan benteng agar mereka tidak dapat menembus dan mengusik ketenangan penduduk. Siapakah Dzulkarnain ? Menurut versi Barat, Dzulkarnain adalah Iskandar Bin Philips Al-Maqduny Al-Yunany (orang Mecedonia, Yunani). Ia berkuasa selama 330 tahun. Membangun Iskandariah dan murid Aristoteles. Memerangi Persia dan menikahi puterinya. Mengadakan ekspansi ke India dan menaklukan Mesir.
Menurut Asy-Syaukany, pendapat di atas sulit diterima, karena hal ini mengisyaratkan ia seorang kafir dan filosof. Sedangkan al-Quran menyebutkan; “Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu” (QS. Al-Kahfi [18] : 84). Menurut sejarawan muslim Dzulkarnain adalah julukan Abu Karb Al-Himyari atau Abu Bakar Bin Ifraiqisy dari daulah Al-Jumairiyah (115 SM–552 M).
Kerajaannya disebut At-Tababi’ah. Dijuluki Dzulkarnain (Pemilik dua tanduk), karena kekuasaannya yang sangat luas, mulai ujung tanduk matahari di Barat sampai Timur. Menurut Ibnu Abbas, ia adalah seorang raja yang shalih. Ia seorang pengembara dan ketika sampai di antara dua gunung antara Armenia dan Azzarbaijan. Atas permintaan penduduk, Dzulkarnain membangun sebuah benteng. Dia meminta bijih besi dicurahkan ke lembah antara dua bukit. Lalu minta api dinyalakan sampai besi mencair. Maka jadilah tembok logam yang licin tidak bisa dipanjat.
Para arkeolog menemukan benteng tersebut pada awal abad ke-15 M, di belakang Jeihun dalam ekspedisi Balkh dan disebut sebagai “Babul Hadid” (Pintu Besi) di dekat Tarmidz. Timurleng pernah melewatinya, juga Syah Rukh dan ilmuwan German Slade Verger. Arkeolog Spanyol Klapigeo pada tahun 1403 H. Pernah diutus oleh Raja Qisythalah di Andalus ke sana dan bertamu pada Timurleng. “Babul Hadid” adalah jalan penghubung antara Samarqindi dan India.

5. Beberapa penelitian tentang tembok Ya`juj dan Ma`juj
Abdullah Yusuf Ali dalam tafsir The Holy Qur’an menulis bahwa di distrik Hissar, Uzbekistan, 240 km di sebelah tenggara Bukhara, ada celah sempit di antara gunung-gunung batu. Letaknya di jalur utama antara Turkestan ke India dengan ordinat 38oN dan 67oE. Tempat itu kini bernama buzghol-khana dalam bahasa Turki, tetapi dulu nama Arabnya adalah bab al hadid. Orang Persia menyebutnya dar-i-ahani. Orang Cina menamakannya tie-men-kuan. Semuanya bermakna pintu gerbang besi.
Hiouen Tsiang, seorang pengembara Cina pernah melewati pintu berlapis besi itu dalam perjalanannya ke India di abad ke-7. Tidak jauh dari sana ada danau yang dinamakan Iskandar Kul. Di tahun 842 Khalifah Bani Abbasiyah, al-Watsiq, mengutus sebuah tim ekspedisi ke gerbang besi tadi. Mereka masih mendapati gerbang di antara gunung selebar 137 m dengan kolom besar di kiri kanan terbuat dari balok-balok besi yang dicor dengan cairan tembaga, tempat bergantung daun pintu raksasa. Persis seperti bunyi surat Al Kahfi. Pada Perang Dunia II, konon Winston Churchill, pemimpin Inggris, mengenali gerbang besi itu.

6. Perkiraan lokasi tembok Ya`juj dan Ma`juj berada
Apa pun tentang keberadaan dinding penutup tersebut, ia memang terbukti ada sampai sekarang di Azerbaijan dan Armenia. Tepatnya ada di pegunungan yang sangat tinggi dan sangat keras (pegunungan Kaukasus). Ia berdiri tegak seolah-olah diapit oleh dua buah tembok yang sangat tinggi. Tempat itu tercantum pada peta-peta Islam maupun Rusia, terletak di republik Georgia.

Al-Syarif al-Idrisi menegaskan hal itu melalui riwayat penelitian yang dilakukan Sallam, staf peneliti pada masa Khalifah al-Watsiq Billah (Abbasiah). Konon, Al-Watsiq pernah bermimpi tentang tembok penghalang yang dibangun oleh Iskandar Dzulkarnain untuk memenjarakan Ya’juj dan Ma’juj terbuka.
Mimpi itu mendorong Khalifah untuk mengetahui perihal tembok itu saat itu, juga lokasi pastinya. Al-Watsiq menginstruksikan kepada Sallam untuk mencari tahu tentang tembok itu. Saat itu Sallam ditemani 50 orang. Penelitian tersebut memakan biaya besar. Tersebut dalam Nuzhat al-Musytaq, buku geografi, karya al-Idrisi, Al-Watsiq mengeluarkan biaya 5000 dinar untuk penelitian ini.
Rombongan Sallam berangkat ke Armenia. Di situ ia menemui Ishaq bin Ismail, penguasa Armenia. Dari Armenia ia berangkat lagi ke arah utara ke daerah-daerah Rusia. Ia membawa surat dari Ishaq ke penguasa Sarir, lalu ke Raja Lan, lalu ke penguasa Faylan (nama-nama daerah ini tidak dikenal sekarang). Penguasa Faylan mengutus lima penunjuk jalan untuk membantu Sallam sampai ke pegunungan Ya’juj dan Ma’juj.
27 hari Sallam mengarungi puing-puing daerah Basjarat. Ia kemudian tiba di sebuah daerah luas bertanah hitam berbau tidak enak. Selama 10 hari, Sallam melewati daerah yang menyesakkan itu. Ia kemudian tiba di wilayah berantakan, tak berpenghuni. Penunjuk jalan mengatakan kepada Sallam bahwa daerah itu adalah daerah yang dihancurkan oleh Ya’juj dan Ma’juj tempo dulu. Selama 6 hari, berjalan menuju daerah benteng. Daerah itu berpenghuni dan berada di balik gunung tempat Ya’juj dan Ma’juj berada. Sallam kemudian pergi menuju pegunungan Ya’juj dan Ma’juj. Di situ ia melihat pegunungan yang terpisah lembah. Luas lembah sekitar 150 meter. Lembah ini ditutup tembok berpintu besi sekitar 50 meter.
Dalam Nuzhat al-Musytaq, gambaran Sallam tentang tembok dan pintu besi itu disebutkan dengan sangat detail (Anda yang ingin tahu bentuk detailnya, silakan baca: Muzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq, karya al-Syarif al-Idrisi, hal. 934 -938).
Al-Idrisi juga menceritakan bahwa menurut cerita Sallam penduduk di sekitar pegunungan biasanya memukul kunci pintu besi 3 kali dalam sehari. Setelah itu mereka menempelkan telinganya ke pintu untuk mendengarkan reaksi dari dalam pintu. Ternyata, mereka mendengar gema teriakan dari dalam. Hal itu menunjukkan bahwa di dalam pintu betul-betul ada makhluk jenis manusia yang konon Ya’juj dan Ma’juj itu.
Ya’juj dan Ma’juj sendiri, menurut penuturan al-Syarif al-Idrisi dalam Nuzhat al-Musytaq, adalah dua suku keturunan Sam bin Nuh. Mereka sering mengganggu, menyerbu, membunuh, suku-suku lain. Mereka pembuat onar dan sering menghancurkan suatu daerah. Masyarakat mengadukan kelakuan suku Ya’juj dan Ma’juj kepada Iskandar Dzulkarnain, Raja Macedonia. Dzulkarnain kemudian menggiring (mengusir) mereka ke sebuah pegunungan, lalu menutupnya dengan tembok dan pintu besi.
Menjelang Kiamat nanti, pintu itu akan jebol. Mereka keluar dan membuat onar dunia, sampai turunnya Nabi Isa al-Masih. Dalam Nuzhat al-Musytaq, al-Syarif al-Idrisi juga menuturkan bahwa Sallam pernah bertanya kepada penduduk sekitar pegunungan, apakah ada yang pernah melihat Ya’juj dan Ma’juj. Mereka mengaku pernah melihat gerombolan orang di atas tembok penutup. Lalu angin badai bertiup melemparkan mereka. Penduduk di situ melihat tubuh mereka sangat kecil. Setelah itu, Sallam pulang melalui Taraz (Kazakhtan), kemudian Samarkand (Uzbekistan), lalu kota Ray (Iran), dan kembali ke istana al-Watsiq di Surra Man Ra’a, Iraq. Ia kemudian menceritakan dengan detail hasil penelitiannya kepada Khalifah.
Kalau menurut penuturan Ibnu Bathuthah dalam kitab Rahlat Ibn Bathuthah pegunungan Ya’juj dan Ma’juj berada sekitar perjalanan 6 hari dari Cina. Penuturan ini tidak bertentangan dengan al-Syarif al-Idrisi. Soalnya di sebelah Barat Laut Cina adalah daerah-daerah Rusia.

7. Kisah kaum Ya`juj dan Ma`juj di akhir zaman
Dikisahkan, bahwa nanti menjelang kiamat maka fitnah dan kejahatan mereka (Ya’juj dan Ma’juj) sangat besar dan menyeluruh, tiada seorang manusiapun yang dapat mengatasinya. Jumlah mereka (golongannya) pun sangat banyak, sehingga kaum Muslimin akan menyalakan api selama tujuh tahun untuk berlindung dari penyerangan mereka, para pemanah dan perisai mereka. Seperti yang diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Majah dari Nawwas berikut ini:
“Maka saat mereka telah keluar (dari dinding tembaga yang mengurung mereka sejak zaman raja Zulkarnain), maka Allah SWT berfirman kepada Isa ibn Maryam: ”Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hamba (Ya’juj dan Ma’juj) yang tidak mampu diperangi oleh siapapun, maka hendaklah kamu mengasingkan hamba-hamba-Ku ke Thur (Thursina) ”
Dan di Thur terkepunglah Nabiyullah Isa AS beserta para sahabat-nya, sehingga harga sebuah kepala sapi lebih mahal dari 100 dinar kamu hari ini. Kemudian Nabiyullah Isa dan para sahabatnya menginginkan itu, maka mereka tidak menemukan sejengkalpun dari tanah di bumi kecuali ia dipenuhi oleh bau anyir dan busuk mereka. Kemudian Isa AS dan sahabatnya meminta kelapangan kepada Allah SWT maka Allah mengutus seekor burung yang akan membawa mereka kemudian menurunkan mereka sesuai dengan kehendak Allah. Kemudian Allah menurunkan air hujan yang tidak meninggalkan satu rumahpun di kota atau di kampung, maka Ia membasahi bumi sehingga menjadi seperti sumur yang penuh” (HR. Ahmad, Muslim dan At-Tirmidzi dari An-Nawwas bin Sam’am)
Dahsyatnya fitnah dan kejahatan kaum Ya’juj dan Ma’juj ini juga digambarkan dalam sebuah hadits Rasulullah SAW sebagaimana berikut:
Rasulullah bersabda : Dinding pembatas Ya’juj dan Majjuj akan terbuka, maka mereka akan menyerang semua manusia, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat-tempat yang tinggi” (QS . Al Anbiyaa’ : 96). Maka mereka akan menyerang manusia, sedangkan kaum Muslim akan berlarian dari mereka ke kota-kota dan benteng-benteng mereka, sambil membawa binatang-binatang ternak bersama mereka. Sedangkan mereka (Ya’juj dan Majjuj) meminum semua air di bumi, sehingga apabila sebagian dari mereka melewati sebuah sungai maka merekapun meminum air sungai tersebut sampai kering dan ketika sebagian yang lain dari mereka melewati sungai yang sudah kering tersebut, maka mereka berkata: “Dulu di sini pernah ada air”. Dan apabila tidak ada lagi manusia yang tersisa kecuali seorang saja di sebuah kota atau benteng, maka berkatalah salah seorang dari mereka (Ya’juj dan Ma’juj): “Penduduk bumi sudah kita habisi, maka berikutnya yang tertinggal adalah penduduk langit“, kemudian salah seorang dari mereka melemparkan tombaknya ke langit, dan tombak tersebut kembali dengan berlumur darah yang menunjukkan suatu bencana dan fitnah. Maka tatkala rnereka sedang asyik berbuat demikian, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus ulat ke pundak mereka seperti ulat belalang yang keluar dari kuduknya, maka pada pagi harinya mereka pun mati dan tidak terdengar satu nafaspun. Setelah itu kaum Muslim berkata: “Apakah ada seorang laki-laki yang berani mati untuk melihat, apa yang sedang dilakukan oleh musuh kita ini?” maka majulah salah seorang dari mereka dengan perasaan tak takut mati, kemudian dia menemukan bahwa mereka semua (Yajuj dan Majjuj) telah mati dalam keadaan sebagian mereka di atas sebagian yang lain (bertumpukan), maka laki-laki tersebut berseru: “Wahai semua kaum Muslim bergembiralah kalian, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri sudah membinasakan musuhmu”, maka mereka pun keluar dari kota-kota dan benteng-benteng dan melepaskan ternak-ternak mereka ke padang-padang rumput kemudian padang rumput tersebut dipenuhi oleh daging-daging binatang ternak, maka semua susu ternak tersebut gemuk (penuh) seperti tunas pohon yang paling bagus yang tidak pernah dipotong” (Hadits riwayat Ahmad, Ibn Majah, Ibn Hiban dan Hakim dari Abu Sa’id RA)
copas dari 
"Snow Giants" © Frank Frazetta. "Snow Giants" © Frank Frazetta.

0

Masa Kekhalifahan Sayidinna Umar bin Khottob. ( Part IV ) "Khalid bin Whalid"


Khalid bin whalid

Kisah seorang panglima Islam Jend. Khalid bin whalid

Jend. Khalid bin whalid seorang jendral yg di takuti lawan dan di cintai kawan…
Namanya harum kemana-mana..
Klw beliau datang ke suatu tempat,, di sambut dengan meriah…

Hidup Khalid bin Whalid…… Hidup Khalid bin Whalid…
kurang leuwih kitu….
Nahh.. suatu waktu,, Jend. Khalid bin Whalid sedang berada di garis depan medan perang.. tibaa..tibaa… secara mendadak.. mendapat surat perintah dari panglima tertinggi Sayiddinna Umar bin Khotob . isinya singkat !
“DENGAN INI SAYA NYATAKAN JENDRA KHALID BIN WHALID DI PECAT”
Segera menghadap..

menerima surat pemecatan itu Jend. Khalid bin Whalid sampe tidak bias tidur…
Masalahnya bukan apa-apa.. karena merasa tidak bersalah.. tahh cobi… lamun akan-akan sareung teteh-the di pecat pasti moal bisa tidur.
Nahh.. tapi Beliau mahh prajurit yang taat dan baik.. hormat pada atasan… turut perintah,, serahkan jabatan sama pengganti.. langsung menghadap Umar bin Khottob.

Assalamualaikum Amirul mukminin….
Alaikumsalam wr wb. Please sit down,, silahkan duduk… :D
Langsung saja to the point…
“saya menerima surat pemecatan… apakah itu benar.. saya di pecat.. ??”
Umar bin Khottob menjawab…
“yaaa”

Khalid menjawab “ untuk soal di pecat.. itu hak anda… anda atasan saya bawahan… tapi apakah saya boleh tau,, apakah kesalahan saya ??
Umar bin Khottob menjawab
“ANDA TIDAK PUNYA KESALAHAN” "dengan nada tegas"
Khalid bin Whalid “ hahhhh”… tapi di pecat…. ???
Umar ‘”Heueuh..,
Khalid “Apa kurang baik saya jadi Jendral ??

Umar “ di jaman ini anda Jend. Yang terbaik…
Khalid “ tapi di pecat ??”
Umar “iyaa” “dengan nada tegas”.

Kalo begitu jangan bikin saya penasaran… boleh saya Tanya ?? apa alasan Anda memecat saya ??
Dengan santai Umar bin Khotob menjelaskan…

“yaaa Khalid…anda adalah jendral yang baik,, panglima yang baik.. setiap hari saya dengar masyarakat dan prajurit selalu memuji-muji anda… tidak yg menjelekan…
catet Khalid.. anda manusia biasa… terlau banyak orang yang memuji… bukan mustahil dalam hatimu akan timbul rasa sombong.  Sedangkan dalam ajaran Islam… Innahu layuhibbul mustakbiruun..
“ Alloh tidak menyukai orang yang sombong,,
Seberat debu rasa sombong dlm hati.. neraka jahanam yg menunggu,, kerena itu maafkan aku wahai saudaraku.. agar menjaga agar Kau tidak terjerumus kedalam neraka jahannam.. apa boleh buat.. saya pecat anda”.
Supaya anda tahu.. jangankan di hadapan Alloh… baru di depan Umar… bulum bisa apa-apa.
Kemudian jendral Khalid bin Whalid berdiri memeluk Umar bin Khottob sambil menangis…

Dan berkata,, “terimakasih yaa Umar… engkau saudaraku.”
Allohu akbar.. tuhh jiwa Islam.
Zaman skrg belum tentu ada 1 dari seribu jendral  yang begitu,, skrg mahh di suruh berhenti oge,, embung.
Dan yang paling hebat,, pakah setelah di pecat apa boleh pundung ??”
“teu pundung teh bahasa Indonesia na naon ?? hehe…
Apa boleh pundung?? Henteu,, tidak….
Beliau balik lagi ke medan perang dan bertempur lagi dengan catatan perangnya bukan sebagai jendral,,bukan sbagai panglima tetapi sebagai prajurit biasa..
Sook bayangkan bekas jendral perang di bawah komando sersan ??
Tapi waktu ada yang bertanya,, “yaa Khalid ?? apa-apaan.. anda sudah di pecat…masih mau perang sebagai prajurit lagii… “apa jawabanya” ??
“saya perang buakn karena pangkat,, jabatan,, saya perang bkn karena Khalifah… saya perang semata-mata karena Alloh. !! mencari keridhoan Alloh:

Indah ini kisah J) ^__^