0

Masa Kekhalifahan Sayidinna Umar bin Khottob. ( Part III )

Posted on Minggu, 10 Maret 2013


Dengan semangat Umar memenuhi tugasnya,,,
Semua catatan daftar orang miskin di Madinah turut dibawanya serta agar di limpah tugaskan kpada org lain.
Umar merasa terpukul hatinya, sesal bercampur semangat untuk memperbaiki diri. Mati-matian Ia berusaha untuk memenuhi amanah yang di pikulkan dengan baik.
Tetapi tetap masih saja ada yg terlewat dan mengalami kelaparan hebat. Ini jelas menjadi tanggungannya.. jika tidak ingin di baker dalam tungku neraka.
Perkataan ibu itu adalah kritikan pedas yg harus di perbaikinya. Ia ingin membuktikan pada ibu tadi bahwa anggapanya selama ini salah. Khalifah memperhatikan dengan baik keadaan ekonominya. Namun, bukan sanjungan manusia yg di cari, melinkan ridho Alloh yg ingin direngkuhnya.
Ketika Umar dating dengan membawa sekarung gandum, ia langsung mengaduknya dengan tangannya yang kasar dan merebusnya menjadi roti, setelah matang, disuapinya anak-anak ibu itu bersama asim, sampai mereka benar-benar kenyang dan dapat tersenyum kembali.
“Tuan sungguh baik, kebaikan Tuan melebihi Khalifah Umar bin Khottob, siapakah sesungguhnya Tuan ini?” Tanya ibu itu.

“saya adalah yg ibu hina ibu caci maki dari tadi,” kata Umar dgn tetap rendah hati. Gemetar seketika tubuh sang ibu, ia segera berlutut dan mencium kaki Umar memohon agar perkataanya itu tak membuahkan hukuman. Umar menyuruhnya berdiri dan ersenyum bangga. “tidak apa2 ibu, ibu sudah berkata dengan jujur, saya justru senang ada yang bicara apa adanya dengan saya, itu artinya saya harus bekerja lebih keras lagi untuk mengubah keadaan ini, “kata Umar sama skali tidak merasa tersinggung dgn perkataan ibu tadi. Justru kejujuran ibu tadi menjadi tolak ukurnyautk menilai pemerintahanya sudah baik or perlu di perbaiki lagi.

No Comments

Discussion

Leave a response